Mohon tunggu...
Amirsyah Oke
Amirsyah Oke Mohon Tunggu... Administrasi - Hobi Nulis

Pemerhati Keuangan negara. Artikel saya adalah pemikiran & pendapat pribadi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Terimakasih Abang Odong-odong!

29 Mei 2013   11:22 Diperbarui: 24 Juni 2015   12:51 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13697625982039487745

“acu-acu, ku cayang unda...” terdengar suara anakku Qardhawi umur 2 tahun menyanyikan lagu saat bermain di halaman rumah. Familiar dengan lagu itu dan baru pertama kali mendengarnya bernyanyi aku bergegas menuju pintu, tampak anakku menyanyi dengan riang sambil bergaya. Sangat gemas dibuatnya dan ingin segera memeluk dan menggendongnya, tapi kuurungkan karena tidak ingin mengganggunya yang sedang asyik bermain dan bernyanyi.

“Wah lucunya Qardhawi sudah pintar nyanyi” ucapku kegirangan pada istri. “Iya Yah, makin lancar dan makin banyak koleksi lagunya setelah setiap hari naik odong-odong” ujar istriku. Ternyata itu rahasianya. Kami selalu mengajarkan nyanyian anak-anak agar sesuai dengan dunianya. Jangan sampai anak-anak kami menghapal, menyanyikan apalagi meniru tingkah laku para penyanyi dewasa. Namun anak kami Qardhawi tak kunjung hapal lagu anak-anak walaupun sering diputarkan video lagu anak-anak dan dinyanyikan bersama-sama. Akhirnya anak kami bisa menyanyi dengan lancar berkat bantuan Abang odong-odong.

Odong-odong akhir-akhir ini selalu lewat di depan rumah dan kebetulan anak-anak sangat suka bermain odong-odong, baik sendirian maupun bersama anak-anak lainnya. Setiap naik odong-odong membayar Rp1.000,- per lagu. Sangat murah sekali. Lagu-lagu yang mengiringi odong-odong pastinya lagu anak-anak jaman saya kecil seperti Sayang semuanya, Lihat Kebunku, Pelangi, dan sebagainya. Meskipun lagu-lagu jadul, anehnya anak-anak tetap suka. Belum pernah saya lihat odong-odong yang memutar lagu-lagu dewasa atau lagu-lagu populer terbaru.

Merasa penasaran, saya pernah bertanya pada Abang Odong-odong mengapa selalu memutar lagu anak-anak, kenapa tidak mencoba lagu-lagu dewasa populer yang sedang ngetop? Pastinya dan lazimnya sangat banyak anak-anak termasuk balita yang suka dan hapal lagu-lagu tersebut. “Pasti tambah banyak anak-anak yang datang” pancingku. “Ya nggak lah Pak, odong-odong kan buat anak-anak kecil, masak pake lagu-lagunya Noah, Justin Bieber” Jawabnya polos sambil tertawa.

Terlihat jelas kepolosan dan kejujuran dari Abang Odong-odong tersebut. Ia hanya fokus mencari makan dengan fasilitas yang disediakan pemilik odong-odong. Karena konsumennya adalah anak-anak maka yang terpikirkan hanya lagu anak-anak. Bila Abang odong-odong berorientasi pasar/bisnis mungkin sudah mencoba memutar lagu-lagu Noah, Justin Bieber atau lagu dewasa lainnya untuk mengiringi anak-anak bermain odong-odong. Menurut persepsi kapitalis saya, anak-anak akan tambah banyak naik odong-odong jika memutar lagu-lagu dewasa terbaru, karena jaman sekarang balita pun sudah hapal di luar kepala lagu-lagu orang dewasa.

Salut dengan Abang Odong-odongdengan kepolosannya tersebut. Pikirannya masih fokus pada dunia anak-anak dalam menjalankan bisnisnya. Bandingkan dengan acara-acara televisi seperti sinetron anak-anak dan ajang adu bakat anak-anak yang rata-rata menyanyikan dan menyajikan lagu-lagu dewasa. Demi bisnis, banyak pihak yang tidak perduli dengan perkembangan anak dan masa depan anak. Tak heran jaman sekarang banyak anak-anak dewasa sebelum waktunya, sebelum mengerti yang seharusnya.

Tiba-tiba saya bergidik membayangkan, bagaimana jika nanti Abang Odong-odong langganan jadi mengerti konsep pasar, lantas mengubah lagu-lagu odong-odongnya? “Oh Bidadari, jatuh dari surga, dihadapanku” terdengar anakku menyanyikan lagu populer tersebut dengan lidah cadelnya. “Oh tidak!” teriakku. “Ayah-ayah kenapa?” terdengar suara istriku yang sedang menepuk-nepuk pundakku. “Eh, nggak Bunda, ada apa” jawabku malu. “Tolong jagain anak-anak main odong-odong ya, Bunda mau buat susu untuk Qardhawi dulu. Tuh odong-odongnya sudah datang!” Sahut istriku.

Kulihat Qardhawi sudah merapatkan tubuhnya ke pagar tak sabar ingin keluar. Aku segera menuntunnya menghampiri odong-odong dan mendudukkannya di odong-odong berbentuk kuda poni. Tampak anakku dan juga anak-anak lainnya sangat antusias. “Semuanya ya Bang!” kataku sambil menyerahkan uang Rp10.000. Tak lama terdengar lagu pertama “Balonku ada lima”. Qardhawi larut dalam permainannya sambil ikut bernyanyi. Untunglah bukan lagu Noah atau Justin Bieber. Terima kasih Abang Odong-odong, telah menjaga kosakata yang dihapal anak-anakku tidak tercemar lagu-lagu dewasa.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun