Odong-Odong dan Hiburan Murah Kaum Pinggiran

CNN Indonesia
Selasa, 29 Okt 2019 08:01 WIB
Wacana pelarangan odong-odong oleh Pemprov DKI Jakarta dikeluhkan emak-emak di Ciracas karena menjadi sarana rekreasi bersama anak-anak mereka saban sore.
Bang Roby, penarik odong-odong di kawasan Ciracas, Jakarta Timur. (CNN Indonesia/Nurika Manan)
Jakarta, CNN Indonesia -- Selepas Ashar, odong-odong Bang Roby sudah ditunggu banyak ibu-ibu bersama bocah-bocahnya. Bang Roby akan membawa mereka berkeliling ke seputaran Ciracas, Jakarta Timur saban sore.

Hanya perlu kocek Rp5.000 untuk penumpang dewasa dan Rp3.000 untuk anak-anak sekali putaran. Odong-odong warna-warni itu akan melaju tiga hingga empat kali bolak-balik mengitari jalan-jalan kampung hingga sebelum Maghrib.

Penumpangnya selalu penuh setiap pergantian putaran. Maklum, hampir tak ada rutinitas lain bagi emak-emak dan anak mereka ini setiap sore untuk mengisi waktu luang.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Senin (28/10) sore, CNNIndonesia.com pun ikut berkeliling bersama penumpang lain, mencoba hiburan murah bagi warga kampung ini. Sebab mungkin dalam beberapa waktu ke depan, odong-odong ini tinggal kenangan lantaran akan dilarang Pemprov DKI Jakarta.

"Ini [odong-odong] mau dilarang? Jangan dong, Pak Anies... kami masih butuh buat hiburan anak-anak dibanding naik angkot," celetuk salah seorang penumpang, Nenden (29) menyayangkan ketika berkomentar tentang wacana penghapusan odong-odong oleh Pemprov DKI Jakarta.

ADVERTISEMENT

Pemprov DKI Jakarta berencana melarang odong-odong beroperasi di jalan raya karena dianggap berbahaya. Dinas Perhubungan DKI Jakarta menyatakan keberadaan odong-odong dianggap membahayakan penumpang dan pengguna jalan lain.

Nenden menyayangkan wacana pelarangan odong-odong ini. Mengingat ibu dua anak itu rutin mencegat odong-odong Bang Roby selama tiga tahun belakangan.

"Sayang ya. Bener deh, Mbak. Soalnya anak saya yang ini sudah dari perut, yang satu dari kecil, jadi langganan (odong-odong) sejati," cerita Nenden lagi sambil menunjuk satu per satu buah hatinya.

Warga lain, Sri Kulsum (58) yang membawa tiga cucunya mengaku pasrah dengan rencana Pemprov DKI Jakarta. Meski begitu ia setengah mengingatkan Pemprov DKI sebelum betul-betul mengeksekusi kebijakan pelarangan odong-odong.

"Enggak apa-apa sih sebenarnya. Tapi kan kasihan, nanti sopir nganggur. Kalau anak memang bisa dicariin hiburan lain, lagian angkot di jalan juga banyak," kata dia.

"Cuma ini aman, kan lewat-lewat jalan kecil, jalan yang jauh dari bahaya, jalan kampung gini. Jalan yang enggak bahaya lah, jalan-jalan pintas. Nyaman ini," tambah Sri Kulsum.

Hiburan Murah

Wacana kebijakan penghapusan ini dikeluhkan banyak pelanggannya. Mungkin tak hanya di Ciracas ini, tapi juga di tempat-tempat lain.

Bagi Sri, odong-odong adalah hiburan murah kaum pinggiran seperti dirinya. Ia membandingkan sewa odong-odong terhitung lebih hemat dibanding angkot ataupun ojek online.

"Kalau naik grab atau yang lain mahal, tapi kalau naik ini bisa Rp20.000 seharian satu orang ke Ragunan. Jam 10 pagi sampai jam 3 sore. Terus ke Monas, ke Kota Tua itu Rp35.000, kan lebih hemat," jelas Sri.
Tak cuma Sri dan Nenden, tapi memang kebanyakan emak-emak bersama anak mereka akan memanfaatkan jasa odong-odong ini. Selain saban sore berkeliling kampung, warga juga tak jarang pada setiap akhir pekan atau hari-hari libur panjang akan menggunakan jasa odong-odong untuk mengantar mereka mengunjungi lokasi wisata.

Darmina (50) yang sore itu membawa dua cucunya juga tampak sedikit kecewa dengan wacana penghapusan odong-odong. Barangkali karena khawatir kehilangan hiburan murahnya.

"Kayak yang menengah ke bawah gini kan masih butuh hiburan, kalau sore jalan ke taman. Soalnya anak senang banget, kalau dengar odong-odong bawaannya sudah pengen lari aja," tutur Darmina yang sudah lima tahunan jadi pelanggan odong-odong.

"Kalau dilarang yaa. Sepi banget. Ya ada hiburan lain tapi kan nggak bisa setiap hari. Kalau Sabtu, Minggu kan kadang carter ke Ragunan," sambung dia lagi.

Selain bisa jalan-jalan, abang odong-odong juga sudah dipastikan akan menyetel lagu anak-anak sepanjang perjalanan. Misalnya lagu 'Naik Delman', dan 'Naik-Naik ke Puncak Gunung'.

Dengan speaker atau pengeras suara yang seadanya, musik disetel dengan suara yang keras 'didubbing' nyanyi bocah-bocah yang hafal lirik setiap lagu yang diputar.

[Gambas:Video CNN]

Roby Nasution (34) pemilik odong-odong yang menyerupai kereta itu sibuk mengamankan pintu ketika penumpangnya naik atau turun. Ia sampai kenal juga hafal nama para bocah sekaligus orang tua yang jadi penumpangnya.

"Tadinya narik pagi jam 09.00-12.00 WIB. Karena sekarang sudah sepi jadi sore habis ashar sampai maghrib," tutur Roby yang menekuni pekerjaan ini sejak 2013 silam.

Tarif odong-odongnya hanya ia naikkan sekali dari sepanjang hampir tujuh tahun beroperasi. Meski penghasilannya sudah tak sebesar dulu, tapi ia mengaku puas dengan pekerjaannya kini.

"Kalau dulu sehari itu bisa Rp700.000 sekali narik, karena dari pagi. Kalau sekarang, sepi. Sore doang narik habis Ashar sampai Maghrib itu Rp150.00-Rp200.000 paling. Paling yang gede itu dari carter, ke Ragunan misalnya itu Rp400.000 lalu kan sore bisa narik lagi," cerita Roby.

Tapi pendapatan itu pun sudah lebih dari cukup, menurut bapak satu anak tersebut. Roby merasa sudah nyaman dengan pekerjaan yang kini dilakoninya.

Bersedia Mengurus Izin

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2
REKOMENDASI UNTUK ANDA
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER