Menilik Kinerja Operasional Odong-Odong Hijau UPI

288

Oleh: Isma Nurrahma dan Mita Nur Afifah*

*) Reporter magang Isolapos.com

Bumi Siliwangi, Isolapos.com – Uang Kuliah Tunggal (UKT) mahasiswa yang dibayarkan per semesternya, tentu harus menunjang segala macam kebutuhan kampus. Odong-odong kini hadir menjadi salah satu fasilitas yang dapat dinikmati mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Tetapi, masih banyak mahasiswa UPI yang belum bisa merasakan optimalisasi manfaat dari adanya odong odong tersebut.

Ramdan, mahasiswa Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (FPIPS) mengatakan belum pernah menaiki odong-odong dan merasa fasilitas kampus ini belum dapat dinikmati secara menyeluruh oleh mahasiswa yang membayar UKT. “Merasa tidak adil karena bayar uang kuliahnya sama, tapi dia tidak pernah naik odong-odong karena cuma berapa biji ya? Yang saya tahu cuma dua.” Ujar Ramdan saat ditemui oleh Tim Isolapos pada Jumat, (19/05) lalu.

Ramdan juga menambahkan bahwa pada zaman sekarang ini banyak orang yang terlarut dalam kenyamanan, sehingga hadirnya odong-odong meningkatkan kemalasan untuk mereka yang berjalan kaki ke kampus. 

Berbeda dengan Ramdan, Ishmah mahasiswi Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (FPBS) justru merasa sangat terbantu dengan keberadaan odong-odong. “Membantu sekali buat para mahasiswa, terutama yang bawa kendaraan motor yang parkirnya jauh ke gedung fakultasnya.” Ujar Ishmah.

Selain Ishmah, Ririn yang juga berasal dari fakultas yang sama merasakan adanya manfaat dari odong-odong tersebut. Ia berharap odong-odong UPI, kini dapat ditambah lebih banyak lagi, baik dari jumlah transportasinya maupun jam operasional agar lebih fleksibel. “Kayaknya butuh diperluas lagi, deh. Entah dari transportasinya atau dari waktunya juga, kayaknya butuh lebih fleksibel lagi gitu, enggak yang cuma di pagi doang atau sore doang karena, kan banyak mahasiswa yang beres kelasnya itu siang-siang. Jadi enggak pernah dapet gitu di siang-siang itu.” Jelasnya.

Abdul Aziz selaku Staf Biro Bidang Sarana dan Prasarana Kendaraan mengatakan bahwa odong-odong mulai beroperasi pada tahun 2016 hingga sekarang. “Kalo di operasionalnya 2016. Baru masuk akhir 2015 tuh, 2016 baru dioperasionalkan.” Ujar Abdul.

Abdul mengatakan, sejak awal beroperasi hingga saat ini hanya ada 4 unit odong-odong.  Hal itu terjadi karena terbatasnya dana Rencana Kinerja Tahunan (RKT) universitas. “Iya terus, kan kalo mau nambah juga, kan dana RKT-nya masih terbatas,” jelas Abdul.

Selanjutnya ia menambahkan, muncul peraturan baru dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) di tahun 2023 yang mewajibkan untuk membeli kendaraan listrik, “di aturan 2023 yang baru diwajibkan untuk membeli kendaraan listrik, bukan bensin lagi. Aturan dari Kemendikbud-nya.” Abdul mengatakan kemungkinan ada pergantian kendaraan, berganti menjadi kendaraan berlistrik dan masih melihat perkembangan nanti.

Abdul menginformasikan tempat titik penjemputan odong-odong terbagi menjadi dua tim, yaitu di depan Museum Pendidikan Nasional dan Gedung Achmad Sanusi atau lebih dikenal dengan “Parkiran Bawah”. Sedangkan, akhir pemberhentian odong-odong di Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FPMIPA) serta Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan (FPOK). 

Jadwal operasi odong-odong sendiri dimulai dari pukul 06:30–08:00 WIB dan pukul 15:30–17:00 WIB. Selain dari waktu tersebut, odong-odong tidak akan beroperasi kecuali untuk menjemput tamu undangan, jelas Abdul.

Abdul menjelaskan adanya penyalahgunaan yang dilakukan oleh mahasiswa UPI, yang memanfaatkan odong-odong ini hanya untuk mengelilingi kampus. “Kadang ada driver yang kesel, kadang juga yang yaudah ayo. Kadang juga ada yang suka gatau diri rombongan gitu, jadi si odong-odong penuh sama mahasiswa buat keliling.” Ia juga menambahkan, “nanti, kalau siang-siang odong-odong malah dipake jalan-jalan keliling kampus.”

Abdul mengatakan bahwa pada awal beroperasi, odong-odong ini diperuntukkan bagi tenaga pendidik (tendik). “Sebenarnya bukan untuk mahasiswa, tapi tendik dan untuk para tamu,” paparnya. Meski demikian, kendaraan ini juga kerap dimanfaatkan oleh mahasiswa selama jam operasional berlangsung. “Kadang-kadang, ya, kalau masih kosong, ya, mahasiswa bisa naik ikut.” Pungkasnya.

Redaktur: Wulan Nur Khofifah

Comments

comments